Destinations, Info

Suku Kajang Sulawesi Selatan Paling Ditakuti Dunia!

Kunjungan mahasiswa PMM ke wilayah Suku Kajang

Selalu ada hal tabu ketika kita mencoba mengunjungi sebuah tempat, dan hal ini akan dikaitkan dengan hal-hal mistis. Tapi, pernah ga sih kalian berpikir bahwa tingkat kemistisan suatu tempat akan sangat berbeda dengan tempat lainnya. Hal ini tergantung pada budaya atau adat istiadat yang menjadi prinsip hidup atau paradigma masyarakat tersebut.

Contohnya saja Suku Kajang dari Sulawesi Selatan tepatnya ada di Kabupaten Bulukumba. Dilansir dari viva.co.id yang menyatakan bahwa Suku Kajang adalah suku ketiga paling ditakuti di dunia, hal ini dikarenakan ilmu sihir dari suku tersebut masih sangat kental. Orang-orang suku tersebut menyebut ilmu sihirnya sebagai ‘doti’.

Hal Menarik dari Suku Kajang!

Era globalisasi saat ini tidak membuat Suku Kajang yang ada di Bulukumba Sulawesi Selatan meninggalkan adat istiadatnya. Mulai sejak masuk wilayah Kajang, pengunjung harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari kepala Suku Kajang atau biasa dikenal dengan sebutan ‘Ama Toa’. Dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai orang yang dituakan/ dihormati.

Tambahan lainnya, semua orang tanpa terkecuali harus mengikuti aturan adatnya yang tidak menggunakan alas kaki apapun. Ketika memasuki wilayah Kajang, kita akan menghadapi jalan penuh bebatuan dan lingkungan asri dengan suara air mengalir. Pengunjung juga harus memakai pakaian serba hitam, serta harus memakai rok/sarung. Pengunjung juga tidak diperbolehkan menggunakan gadget di sana.

Jika sudah masuk ke dalam wilayahnya maka menjadi suatu pantangan untuk mengabadikan momen apapun, karena Suku Kajang tidak menyukai hal-hal yang dapat merusak adat istiadat dan lingkungan yang telah mereka jaga dari leluhur.

Kehidupan di suku Kajang mengutamakan kesetaraan perekonomian, semua dianggap sama. Tidak ada istilah si miskin dan si kaya. Hal ini terlihat jelas dari bentuk rumah semua orang Kajang adalah sama, hanya beda luasnya saja antar rumah. Ada Amatoa yang dihormati beserta jajaran pemerintahannya. Budaya dan hukum adat, masih sangat kental di sini.

Seberapa Kuat Ilmu Sihir Suku Kajang?

Lebih menariknya lagi, kita biasanya mengetahui bahwa ilmu sihir akan hilang jika pelaku keluar dari suatu wilayah atau keluar pulau menyebrangi lautan. Tapi tidak dengan ilmu sihir Suku Kajang ini, meskipun orang yang melanggar adat pergi jauh dari wilayah Kajang misalnya ke luar negeri, maka hukum adat itu akan tetap menghampirinya. Sejujurnya, hukum adat atau ilmu sihir dari Suku Kajang tidak melihat batasan jarak. Sihir itu akan sampai di waktu yang tepat dan dapat menyebabkan kematian.

Kisah Nyata Ilmu Sihir dari Suku Kajang

Ada tiga kisah yang akan penulis sampaikan dan semuanya berkaitan dengan hal mistis. Langsung saja, kisah pertama tentang ilmu sihir Suku Kajang yang dapat mengetahui kebenaran dan kejujuran. Caranya dengan menggunakan alat linggis yang dibakar dengan api membara. Cara kerja linggis tersebut yakni setelah dibakar akan diberikan kepada orang-orang yang dicurigai berbohong untuk dipegang.

Dikarenakan mayoritas dari Suku Kajang adalah peternak maka contohnya akan berkaitan dengan hal tersebut. Misalnya, pada suatu hari ada salah satu warga dari suku tersebut yang kehilangan hewan ternaknya yang mana dalam kasus ini kuda. Korban tersebut akan melaporkannya kepada pemerintahan Suku Kajang yakni Amatoa untuk mengusut tuntas kasus ini menggunakan hukum adatnya. Untuk mengetahui pelaku tersebut, maka Amatoa akan mengumpulkan masyarakat Suku Kajang untuk mengikuti ritual bakar linggis seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Setiap orang yang dicurigai akan mendapatkan giliran untuk memegang linggis yang telah membara tersebut. Jika ia tidak bersalah maka tidak akan ada hal buruk yang terjadi, dalam artian linggis itu tidak akan membakar tangannya. Sebaliknya, jika orang tersebut merupakan pelakunya, maka sebelum memegang linggis dia sudah akan merasakan seperti terbakar. Ditambah lagi memegang linggis tersebut.

Kita lanjut ke kisah yang kedua, berkaitan tentang study tour dari segerombolan mahasiswa yang mengunjungi wilayah Suku Kajang menggunakan bus. Saat mereka sudah sampai di wilayah Kajang, ada salah seorang mahasiswa yang mengatakan hal yang seharusnya tidak ia katakan. Hal tersebut yakni “Tempat ini tidak lebih bagus dari kampung ku”. Akhirnya kalimat itu menjadi boomerang kepada segerombolan mahasiswa tersebut yang hendak meninggalkan wilayah Kajang dengan adegan muntah darah semua mahasiswa tersebut dalam satu bus.

Last but not least, kisah terakhir yang akan penulis bagikan yakni adegan mistis dari sesama suku kajang itu sendiri. Ada seorang warga Kajang yang mencoba mempraktikan ilmu sihirnya yang sepertinya mengalami kegagalan hingga ia berubah menjadi seekor kera. Datanglah seorang warga Kajang lainnya yang melintas dan melihat kera tersebut di wilayah Kajang. Mungkin saja kera tersebut ingin meminta tolong padanya tetapi hal lain yang didapat dari warga tersebut yakni merasa terganggu olehnya. Akhirnya warga itu membunuh kera tersebut. Dan setelah dibunuh barulah ilmu sihirnya hilang yang berakibat kera kembali ke bentuk semula yakni manusia dari Suku Kajang itu sendiri.

Pelajaran yang dapat diambil dari artikel ini, kita sebagai tamu atau pengunjung di sebuah tempat asing haruslah penuh dengan kehati-hatian dan tidak sembarang berbuat atau berucap. Hukum tabur tuai itu berlaku di mana pun dan kapan pun, kita harus siap bertanggung jawab atas segala hal yang kita perbuat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *