Akhir tahun memang menjadi waktu yang tepat untuk beristirahat dan bersantai dengan keluarga, salah satunya dengan menonton film. Saat ini, film yang sedang menjadi perbincangan hangat di Indonesia adalah film ‘Avatar: The Way of Water‘. Siapa sangka, ternyata film ini terinsipirasi dari Suku Bajo, loh!
Baca juga:
- Nonton Piala Dunia 2022, Wajib Cicipi Kuliner Khas Qatar!
- 6 Hotel Kapsul di Jakarta untuk Backpacker, Murah Meriah!
- 6 Rekomendasi Klinik Kecantikan di Palembang, Auto Glowing!
James Cameron, sutradara film Avatar: The Way of Water, mengungkapkan bahwa Suku Bajo adalah salah satu inspirasinya dalam pembuatan film Avatar 2. Sebelum menggarap film ini, James Cameron mengaku bahwa ia telah melakukan riset terlebih dahulu.
Dalam film tersebut, terdapat Suku Metkayina yang merupakan suku penghuni Pandora dan juga penguasa lautan. Pada sebuah wawancara yang berjudul “The Science Behind James Cameron’s Avatar The Way of Water“, James Cameron mengaku kepada National Geographic bahwa Suku Metkayina adalah refleksi dari Suku Bajo di Indonesia.
Dari riset yang dilakukan James Maceron, di Indonesia ada sebuah suku yang masyarakatnya hidup di rumah panggung yang berada di atas laut. Cameron juga menjelaskan bahwa budaya dan juga arsitektur dari rumah khas Suku Bajo muncul dalam film Avatar 2.
Pada film ‘Avatar: The Way of Water’, desain rumah penduduk Desa Awa’atlu persis seperti rumah tempat tinggal masyarakat Bajo. Di Desa Awa’atlu, tempat tinggal Suku Metkayina, berlokasi di pinggir pantai yang diisi oleh rumah-rumah panggung dan juga atap yang dianyam. Hal ini membuat desa ini menyatu dengan alam.
Cameron memilih Suku Bajo sebagai sumber inspirasinya sebagai sebuah bentuk menghormati dan juga mendalami keseimbangan alam yang diterapkan oleh masyarakat Suku Bajo.
Namun, siapakah Suku Bajo? Pada artikel ini, Trively akan menjelaskan lebih jauh terkait dengan Suku Bajo yang harus Anda ketahui. Simak tulisan ini sampai selesai, ya!
LEBIH DEKAT DENGAN SUKU BAJO
Suku Bajau atau lebih dikenal dengan Suku Bajo sejak dahulu dikenal sebagai masyarakat laut yang andal. Bayangkan, semenjak kecil masyarakatnya telah tinggal dan hidup di atas laut. Semua aktivitas, seperti berenang dan menyelam telah dilakukan oleh anak-anak kecil maupun orang-orang dewasa.
Di negara Indonesia, suku ini tersebar di berbagai daerah, mulai dari daerah perairan Sulawesi Selatan (Selayar), Kalimantan Timur (Berau, Bontang), Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan (Kota Baru), Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur (Seraya, Longos, Pulau Boleng, Komodo), Sumenep, dan wilayah Indonesia bagian timur lainnya.
Meskipun Suku Bajo banyak tersebar di Indonesia, suku ini juga berada di negara lain, seperti di Pulau Sulu dan Tawi-Tawi di Filipina dan di perairan Sabah Malaysia. Berdasarkan sumber-sumber informasi yang ada, masyarakat suku ini memang telah hidup di perairan lautan secara berpindah-pindah (nomaden).
Budaya Suku Bajo
Seperti sudah dijelaskan, kehidupan masyarakat Bajo sangatlah erat kaitannya dengan laut. Hal inilah yang membuat masyarakatnya mempunyai budaya yang sangat unik, yakni budaya membawa bayi yang baru saja lahir ke laut. Setelah dibawa ke laut bayi tersebut akan didoakan agar suatu saat dapat menjadi pribadi yang sehat dan menjadi pelaut yang kuat serta dapat menaklukkan lautan.
Kehidupan yang tidak terpisahkan dari laut membuat keseharian masyarakatnya sangat identik dengan kegiatan di perairan laut. Mulai dari mata pencaharian, tempat tinggal, hingga kemampuan menyelam tanpa alat bantu membuat masyarakat Suku Bajo sangatlah unik.
Rumah Masyarakat Bajo Berada di Atas Laut
Ciri khas utama dari masyarakat Suku Bajo ialah rumah masyarakatnya yang dibangun di tepi pantai atau bahkan di atas perairan laut. Rumah yang berada di atas perairan laut biasanya akan dipasangkan beberapa tiang agar dapat tercegah dari gelombang air laut yang pasang.
Tidak hanya itu, ciri khas lain dari rumah masyarakat Bajo ialah terbuat dari anyaman yang berbahan dasar kayu serta atapnya yang dibuat dari rumbia.
Rumah masyarakat suku ini biasanya bersifat hanya sementara sebab mereka memiliki sebuah kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal (nomaden). Keahliannya sebagai pengembara lautan yang mampu mengarungi laut tanpa peralatan menyelam membuat suku ini terkenal sebagai penyelam yang andal.
Fakta uniknya, saat menyelam masyarakat Suku Bajo hanya mengandalkan rasi bintang sebagai pemandu perjalanan.
Mata Pencaharian Suku Bajo
Mata pencaharian utama suku yang tinggal di perairan lautan ini adalah sebagai nelayan. Mulai dari berburu, memancing, memanah, serta menjaring ikan dilakukan oleh masyarakat di desa ini. Tidak hanya ikan, masyarakatnya juga mempelajari budidaya komoditas bahari lain, seperti kerapu, udang, lobster, kepiting, dan lain-lain.
Sebagai masyarakat yang bertempat tinggal di perairan lautan, masyarakat bajo sangat memanfaatkan perahu sebagai transportasi yang utama. Dengan adanya perahu akan memudahkan pergerakan masyarakat Suku Bajo. Perahu memudahkan untuk mencari ikan yang akan diburu.
Penyelam yang Sangat Andal
Menurut salah satu hasil riset yang dilakukan oleh Universitas Copenhagen dan juga Universitas California, masyarakat Bajo mempunyai kemampuan menyelam hingga kedalaman 70 meter ke dalam laut. Tanpa menggunakan pakaian khusus maupun alat bantu menyelam, masyarakatnya dapat menyelam dengan hanya satu tarikan nafas.
Kemampuan menyelam yang luar biasa tersebut bukanlah tanpa suatu alasan, hal tersebut karena tubuh masyarakat Bajo mempunyai keistimewaan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tubuh Suku Bajo mempunyai limpa yang berukuran lebih besar sehingga durasi menyelam yang dilakukan sangat lama.
Besarnya ukuran limpa membuat orang-orang Bajo dapat memproduksi oksigen di dalam darah lebih banyak daripada orang-orang umumnya. Hal tersebut terjadi sebagai bentuk dari mutasi gen akibat seleksi alam yang terjadi.
Baca juga:
- Tips Vacation Murah Jelang Akhir Tahun, Emang Bisa?
- Rekomendasi Sarapan Enak di Yogyakarta: Bubur Hayam Kotabaru
- Pengertian ‘Open Trip’ dan Tips Aman Sebelum Mengikutinya
Mayoritas Masyarakat Beragama Islam
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kemendikbud, sebagian besar masyarakat Bajo adalah penganut agama Islam. Agama ini diperoleh oleh mereka secara turun menurun bermula dari nenek moyang masyaakat Bajo yang melakukan perantauan ke perairan Brunei dan perairan Malaysia.
Meskipun demikin, saat ini masih ada beberapa masyarakat Suku Bajo yang menganut paham animisme & dinamisme.
Begitulah penjelasan seputar Suku Bajo yang mampu menarik perhatian dunia internasional serta menarik perhatian sutradara film Avatar: The Way of Water!
Nah, Apakah Anda semakin penasaran untuk melihat dan juga mengunjungi langsung masyarakat suku Bajo? Semoga suatu saat Anda dapat berkesampatan untuk melakukan itu, ya!
Baca juga:
One Reply to Lebih Dekat dengan Suku Bajo, Inspirasi dari Film Avatar 2!
10 Best Korean Cuisine You Should Try
How to Apply for USA Tourist VISA: Tips and Tricks
Affordable Ski Resorts for November Adventures
Step-by-Step Guide to Get the Student VISA for Studying Abroad